Minggu, 01 Juli 2012

Acuan Dasar Analisa Kebijakan Provider Cellular

Rekan Triviji Yth,

Alkhamdulillahirobbil'alamiin. Puji syukur marilah senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah Swt minimal sehari sekali.


Oke langsung saja, masih disuasana yang hangat dengan isu – isu nasional berupa polemik harga BBM. Hemm... sok nasionalis... hahaha...

Dalam artikel yang sudah – sudah saya telah banyak menyampaikan tentang prinsip motivasi dan sumber ilmu yang bisa kita dapatkan. Dimana kita bisa mengambil ilmu dan pelajaran dari setiap kejadian yang kita dengar, lihat, rasakan sehari – hari. Kejadian dan peristiwa ini sangat luas, bahkan dari setiap benda yang kita temui benar – benar memiliki nilai pelajaran yang sangat berarti bagi mereka yang mau merenungkan.


Wuih, wuih,,, serius BGT kayaknya.... Who want to try???


Sekarang kita coba melangkah untuk membuat suatu acuan dasar sebagai alat untuk menganalisa suatu kebijakan provider ( sebenarnya dalam acuan ini nantinya bisa digunakan untuk keperluan bisnis secara umum she... :-) ). Namun sebelum saya lanjutkan sedikit saya jelaskan tujuan dari saya hadirkanya artikel ini. Yaitu untuk memberikan jawaban atas banyaknya pertanyaan dari segenap rekan tentang bagaimana melakukan analisa kebijakan yang akan terjadi. Sebab dalam dunia bisnis kemampuan untuk memproyeksikan masa depan adalah suatu hal yang sangat menentukan kelangsungan bisnis yang ada.


Kembali kita ingat dalam artikel sebelumnya pernah saya singgung, bahwa seharusnya Clusterisasi yang pertama kali diterapkan oleh XL pada tahun 2010 seharusnya sudah cukup menjadi pelajaran yang berarti bagi kita semua, terutama para pemain server isi ulang pulsa. Oleh sebab itulah pada awal penerapan Clusterisasi Telkomsel dengan nada optimis saya berani memberikan analisa alur Clusterisasi Telkomsel yang akan terjadi. Kini sudah anda lihat sendiri sejauhmana realita Clusterisasi dengan analisa yang pernah saya berikan.


Sebagai seorang pebisnis sudah sepantasnya kita menyadari bahwa seorang pebisnis itu adalah seorang pembelajar. Maka dia akan selalu merenungkan kejadian yang telah lalu untuk merumuskan kebijakan bisnisnya dimasa sekarang dan yang akan datang. Dalam arti penegasan, seharusnya Clusterisasi Telkomsel kemarin tidak perlu terlalu diributkan jika kita sebelumnya telah mengambil pelajaran dari adanya Clusterisasi XL yang telah ada lebih dulu.... Eits... Maaf loh bukan berarti saya menyalahkan bagi mereka yang kemarin sempat mengalami kebingungan. Itu saya maklumi mengingat kesibukan dari rekan – rekan, latar belakang dan pengalaman yang berbeda – beda.


Sekarang kita harus sadar bahwa provider Telekomunikasi di Indonesia banyak, dimasa mendatang bisa saja provider yang saat ini sedang tumbuh seperti Three, Axis dan sebagainya juga akan menerapkan Clusterisasi. Maka kedepan kita harus lebih siap.


Suatu hal yang perlu kita pahami lagi, bahwa Clusterisasi hanyalah salah satu macam kebijakan yang bisa diterapkan oleh provider. Masih banyak lagi kebijakan yang bisa diterapkan dimasa depan seiring dengan semakin majunya IPTEK, perkembangan pasar dan kemajuan dibidang manajemen. Bentuk – bentuk kebijakan masa depan sangat bermacam – macam. Dipengaruhi oleh tingkat pengalaman seorang manajer yang mengelolanya. Jika manajemen dipegang oleh mereka yang pintar hanya secara akademis yang tidak diimbangi oleh pemahaman lapangan, maka dapat dipastikan bentuk kebijakannya pasti hanya akan menguntungkan segelintir orang saja.


Sebaliknya, jika manajemen dipegang oleh orang yang paham lapangan dan pandai secara akademis, jangan langsung tepuk tangan dulu. Lihat dulu track recordnya dalam dunia sosial. Dia robot yang hanya mau mencari kesenangan sendiri ataukah yang berjiwa sosial yang memahami betapa hidup ini akan membahagiakan jika dapat saling berbagi tidak...


Untuk mempersingkat agar pembahasan tidak menjemukan dibaca, sekarang kita langsung pokok – pokok saja.


Sebagai seorang pebisnis kita harus menyadari bahwa namanya sebuah kebijakan dalam perusahaan itu adalah hal biasa. Namanya kebijakan pasti ada yang merasa diuntungkan dan juga ada yang merasa dirugikan, ini adalah hal yang sangat wajar dan terjadi dalam semua lini kehidupan. Okey sudah sepaham kan???


Setelah memahami prinsip kebijakan tersebut, sekarang kita harus paham prinsip kepemimpinan. Kita bukanlah seorang pemimpin yang akan disegani jika tidak memiliki kemandirian dalam berfikir. Jadi jangan pernah berharap jika provider menerapkan kebijakan lantas akan langsung membatalkan kebijakanya hanya gara – gara anda demo. Mereka dapat memimpin perusahaan besar tentunya memiliki pengalaman yang tidak diragukan. Mereka tidak mau dibilang plin – plan dalam membuat kebijakan. Saya yakin jika anda berada pada posisi mereka pun anda juga akan berlaku demikian.


Sebuah kebijakan itu kan ada target waktunya, kapan akan dianalisa dan dengan acuan seperti apa untuk memberikan penilain dari hasil kebijakan tersebut. Acuan utama dalam perusahaan untuk menganalisa kebijakan yang telah dikeluarkan adalah minimal telah berjalan 1,5 bulan.


Ada beberapa acuan dan tingkatan evaluasi yang dilakukan. Jika evaluasi pertama hasil belum memuaskan, tidaklah akan langsung dibatalkan kebijakan tersebut. Dalam perusahaan yang dikelola secara profesional pasti ada upaya untuk membenahi kekurangan dari penerapan kebijakan. Jika telah berjalan lebih dari 6 bulan dan ternyata hasilnya berdampak negative, maka barulah ada kemungkinan untuk dilakukan pembuatan kebijakan baru.


Demikian semoga artikel ini dapat memberikan pencerahaan bagi kita semua.

Salam Sukses

Kazzu Triviji ( www.triviji.com )


Tidak ada komentar:

Posting Komentar